Karya Tulis: Ambrosius M. Loho (Pegiat Filsafat)
Pariwisata dan seni budaya, seolah tidak terpisahkan. Dalam setiap event pariwisata keduanya selalu nampak seiring sejalan. Ketika ada promosi pariwisata, pasti menampilkan seni budaya tertentu. Tidak jarang kita menemui bahwa pariwisata menjadi hal pertama yang dicari oleh para wisatawan ketika mereka sampai di suatu tempat, dan suguhan pertama adalah seni dan budaya. Itulah kesatuannya yang sering kita abaikan. Di Sulawesi Utara, kita bisa menyimak bahwa pariwisata sering menempatkan seni dan budaya di garda terdepan. Kita pun bisa menyaksikan bahwa banyaknya wisatawan yang datang dan berkunjung ke Sulawesi Utara, selalu disuguhi dengan seni dan budaya antara lain, tarian, musik dan kuliner yang khas Sulawesi Utara. Maka dari sana, jelaslah bahwa pelbagai bidang seni dan budaya ini, seakan menjadi primadona untuk ditampilkan untuk para wisatawan yang datang berkunjung.
Jauh sebelum itu terjadi, pengembangan pariwisata sudah dibingkai dengna baik oleh pemerintah melalui melalui Undang-Undang No. 10 Tahun 2009. Di sana dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata, yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan tentu saja pemerintah. Lebih jelas juga dikatakan bahwa pariwisata budaya adalah salah satu bentuk pariwisata minat khusus yang menggabungkan berbagai jenis wisata (seperti wisata bahari, wisata alam, wisata tracking, wisata budaya, wisata ziarah dan sebagainya) ke dalam satu paket kegiatan yang bergantung pada sumber daya alam dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah. (Mahdayani 2009: 2). Dengan kerangka ini, maka kita, tidak bisa tidak, telah turut merasakan manfaat terutama dalam hal pariwisata budaya yang membuat masyarakat semakin dikenal. Selain itu, melalui pariwisata budaya ini, semakin meningkatnya upaya menjaga nilai-nilai budaya, termasuk meningkatnya kebanggaan warga.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam kajiannya tentang “Pariwisata sebagai Ruang Bagi Kebudayaan”, Ambrosius Loho pernah mengetengahkan sebuah fakta bahwa pariwisata, khususnya di Sulawesi Utara, sedang bergeliat secara positif. Disebutkan bahwa penyelenggaraan lomba seni dan budaya di Sulawesi Utara seakan tak pernah berhenti untuk diselenggarakan. Maka fakta ini adalah fakta kemajuan bagi pariwisata dan tentu saja bagi Sulawesi Utara. Hal nyata yang menunjang pendapat bahwa pariwisata Sulawesi Utara juga nampak melalui hadirnya para wisatawan Tiongkok yang tak pernah habis berdatangan ke Manado dan sekitarnya. Ini menjadi bukti bahwa pariwisata Sulawesi Utara sedang menarik perhatian wisatawan luar (Loho 2017: 223).
Kendati demikian, apa yang ditampilkan ketika para wisatawan datang, tidak jauh terpisah dari seni budaya yang nyata dalam musik kolintang. Jadi hal tersebut menegaskan bahwa seni dan budaya khususnya musik kolintang cukup memiliki andil besar dalam promosi pariwisata dan pengembangan pariwisata Sulawesi Utara. Dari sana, kita juga harus sepakat untuk membatinkan pemahaman bahwa kekayaan Sulawesi Utara terutama musik kolintang adalah sesuatu yang barus diberikan ‘panggung’ untuk bereksistensi. Dan hal tersebut perlu terus diperkenalkan, dipertahankan dan dikembangkan secara berkesinambungan.
Musik kolintang sebagai salah satu kekhasan musik di Sulawesi Utara saat ini semakin bergeliat karena keterbukaannya pada berbagai aliran musik lainnya. Balutan tradisional dalam musik kolintang, justru semakin diperkaya ketika dikomodifikasikan dengan genre musik modern. Dengan itu, semakin menegaskan bahwa musik kolintang ikut berkembang, seiring kemajuan berbagai aliran musik yang ada di jagad ini. Dan dengan itu pula, de facto musik kolintang mengikuti perkembangan zaman (perkembangan musik secara global).
Pada akhirnya dengan menempatkan nilai-nilai modern (aliran musik bergaya modern) dalam segala hal berkaitan dengan kolintang itu, kolintang yang dahulu hanya diminati oleh orang tua (orang di kampung), kini justru mulai diminati (digandrungi) oleh anak-anak muda. Dan perkembangan minat itu, bisa kita lihat, dalam ajang-ajang atau event-event tingkat nasional bertajuk festival kolintang atau sejenisnya. Dan lagi, statistik menunjukkan bahwa minat generasi muda terhadap musik ini meningkat begitu pesat. Fakta yang membbuktikan hal itu bisa disimak dalam kurun 5-10 tahun terakhir, yang membuktikan bahwa hampir 90% event atau ajang yang diselenggarakan entah Persatuan Insan Kolintang Nasional, maupun oleh Institut Seni Budaya Sulawesi Utara, justru sudah ‘dikuasai’ oleh kelompok anak-anak muda yang notabene telah memainkan gaya modern dalam musik kolintang itu. Jadi fakta ini, merupakan dampak yang teramat sangat positif bagi musik kolintang itu sendiri.
Suguhan musik kolintang yang dikomodifikasikan secara lebih menarik, sehingga semakin menambah daya tarik wisatawan, nampak lewat garapan-garapan musik yang atraktif dan ekspresif. Dengan cara ini, pariwisata Sulawesi Utara pada akhirnya akan semakin dikenal melalui musik kolintang yang dimaksudkan. Jadi, fakta-fakta ini justru perlu diberikan ‘panggung’ dan bahkan harus semakin ditingkatkan terutama pada saat banyak wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Utara (bandingkan wisatawan Tiongkok yang terus berdatangan kurun 2-3 tahun terakhir).
Dalam arti tertentu, ruang bagi pengembangan seni dan budaya musik kolintang harus semakin diperluas melalui kegiatan rutin di tingkat kelurahan atau di tingkat sekolah dasar atau tingkatan umum lainnya. Diyakini hal tersebut menjadi bagian utuh dari proses memperkaya apa yang khas dari Sulawesi Utara. Dengan demikian: Kita “harus memiliki strategi dalam pengembangan seni dan budaya, supaya pariwisata akan menjadi sebuah sarana untuk memperkenalkan apa yang dikembangkan itu. Jadi, seni dan budaya, atas cara tertentu, harus menjadi ‘primadona’nya dunia kepariwisataan.
Akhirnya, salah satu kunci keberhasilan pariwisata budaya antara lain melalui musik kolintang adalah memberikan panggung pada komodifikasi musik kolintang yang atraktif dan ekspresif, yang disinergikan dengan berbagai genre musik modern, demi semakin menariknya tampilan sebuah kelompok musik kolintang. Demikian juga, keterlibatan masyarakat terutama kaum muda yang semakin banyak, justru akan menambah kebertahanan musik kolintang itu. Dengan itu, maka kekayaan pariwisata budaya yang kental dengan inovasi sebagaimana yang dimaksud, justru akan semakin memperkuat pariwisata Sulawesi Utara. Salam seniman. ***