Media Sulutlink Media Sulawesi Utara & Lintas Kawanua
Minsel, Sulutlink.com – Salah satu hewan epedemik di pulau Sulawesi yang lebih dikenal oleh masyarakat Minahasa Selatan dengan sebutan Yaki ternyata keberadaannya semakin mengkhawatirkan dan menuju pada kepunahan.
Ini merarik perhatian dari berbagai pihak elemen masyarakat Minsel khususnya para aktivis Kelompok Pencinta Alam Bebas (KPAB) Lolombulan Motoling Minsel.
Ketua KPAB Lolombulan Motoling Hesky Pangaila kepada awak media mengatakan, sikap protes kami atas perburuan primata Yaki hitam atau yang lebih dikenal dengan nama latin Macaca Nigra, oleh masyarakat untuk dijadikan bahan konsimsi makanan.
Menurutnya, saatnya masyarakat Minsel untuk berhenti membantai kehidupan primata Yaki dan harus bahu-membahu melindungi kelangsungan kehidupan dan populasi Yaki tersebut.
“Apalagi populasi hewan tersebut di daerah Sulawesi Utara (Sulut) sudah terancam punah. Populasi monyet ini dalam 30 tahun terakhir mengalami penurunan drastis,tersisa kurang dari 5.000 ekor,” ucap Pangaila.
Sikap tegas yang ditunjukan aktivis Kelompok Pencinta Alam Bebas (KPAB) Lolombulan Motoling Minsel karena berkaitan dengan hari Primata Indonesia.
Disisi lain tokoh muda Motoling Kiki Liando kepada awak media mengatakan, memberikan apresiasi atas kepedulian KPAB Lolombulan Motoling terhadap kelangsungan primata Yaki hitam.
Dia mendorong agar Pemerintah dan masyarakat Minsel untuk lebih berkosentrasi dengan kondisi terancamnya populasi primata Yaki tersebut.
“Harus ada keprihatinan bersama atas terancamnya populasi Yaki hitam, karena dikhawatirkan jangan sampai dikemudian hari keberadaan Yaki hitam di hutan-hutan Minsel tinggal kenangan. Contohnya dulu masih banyak ditemui Anoa, rusa dan babi rusa tetapi sekarang sudah sangat jarang untuk ditemui,” ucap caleg PAN prihatin.(JoTam)
