Manado, Sulutlink. Ditengah lesunya nilai eksport komoditi unggulan Sulawesi Utara yang berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi, maka sektor pariwisata menjadi penyelamat ekonomi di Sulut.
Seperti terungkap dalam Seminar Perkembangan Dan Outlook Perekonomian Sulaweai Utara Tahun 2017 di Kantor BI Perwakilan Manado (8/9) lalu.
Kepala Kantor Perwakilan BI Manado Soekowardojo, melaporkan ekonomi Sulut Teiwulan II 2017 mengalami penurunan 0.66 % dari 6.46 % di Triwulan I turun menjadi 5.8 % di Triwulan II.
Sejumlah faktor penyebab turunya perekonomian Sulut yaitu turunya nilai eksport minyak nabati, terjadinya deindustrialisasi sektor hasil perkebunan kelapa dan perikanan.
Hal ini dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani ( NTP ) berada pada angka 92 dari Nilai Par 100. Menurut Soekowardojo, ini berarti hasil yang diperoleh petani jauh lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun kondisi ini dapat diselamatkan dengan terobosan Olly Dondokambey Gubernur Sulut dibidang pariwisata, dengan membanjirnya Wisatawan Asing dari China yang mampu menggerakkan ekonomi di daerah ini.
Kedepan ada beberapa point yang perlu mendapat perhatian serius dalam meningkatkan ekonomi Sulut, seperti : Ketersediaan Pasokan Listrik, Peningkatan Kwalitas SDM, Masalah Pembebasan Lahan dan percepatan sejumlah proyek Strategis Nasional di daerah ini, jelas Soekowardojo.
Edwin Silangen Sekertaris Propinsi Sulut menegaskan kalau Pemerintah Propinsi Sulut akan mendorong agar instansi vertikal Pemerintah Pusat di daerah ini agar percepat penyerapan anggaran sehingga ekonomi semakin bergeliat.
Terkait kekurangan pasokan bahan baku kelapa, hal ini menurut Silangen, sangat tergantung pasar yang ada. Apabila harga kopra di pabrikan minyak nabati rendah, maka petani akan menjual dalam bentuk kelapa segar dengan harga lebih tinggi.
Khusus proyek strategis Nasional berupa Jalan Tol Manado – Bitung maupun Bendungan Kuwil, dipercepatt penyelesaiannya pada Tahun 2018 telah rampung semuannya. Jelas Silangen. (jansen)