web analytics

Pengucapan Syukur Wisata Religi di Sulut

imagesSulut – Sulutlink.com. Sulawesi Utara dikenal sangat menjunjung tinggi kerukunan baik suku, agama, dan ras. Toleransi antar sesama kelompok sangat erat dan merekat erat  di bumi Sulawesi Utara.

Kerukunan dan Toleransi ini dapat dilihat dari perhelatan Pengucapan Syukur yang menjadi salah satu ciri khas Wisata Religi yang sudah menjadi tradisi orang Minahasa di Sulawesi Utara, dimana setiap tahun masyarakat di daerah ini berbagi berkat sebagai tanda ucapan syukur atas berkat Tuhan.

Para tua – tua kampung meyakini, Pengucapan Syukur berasal dari tradisi Remages atau berasal dari kata Rages yang berarti persembahan yang diberikan dengan utuh atau ketulusan hati untuk Empung Wailan Wangko atau Tuhan Yang Maha Besar.

Tradisi ini dilakukan sejak zaman deleges sebagai wujud syukur atas berkatnya yang telah dikaruniakan bagi umat manusia setelah menyelesaikan PANEN, terutama panen Padi, Jagung, Cengkih atau hasil komoditi lainnya. Masyarakat akan mengelar ibadah di gereja – gereja dengan memberikan sepersepuluh dari hasil panen.

Saling berkujung dari satu Kabupaten ke Kabupaten lain menjadi pemandangan indah dan rutin yang dilakukan di 15 kabupaten dan kota sejak bulan Juni hingga September.

Dalam Pengucapan ini, ada beberapa jenis kue basah yang menjadi ciri khas dan tidak lengkap jika warga tidak menyediakan saat perayaan Pengucapan Syukur seperti– Dodol dan Nasi Jaha. Dua jenis kue basah ini wajib tersedia sebagai simbol kedekatan serta keiklasan dalam menjalani kehidupan di tanah subur Sulawesi Utara.

Biasanya, semakit semarak pengucapan syukur, daerah tersebut mampu untuk memacetkan arus lalu lintas. Semisal 3 Juli lalu di Kabupaten Minahasa Tenggara, dan 9 Juli lalu di Minahasa Selatan. Arus menuju ke daerah tersebut macet berjam-jam lamanya. Namun dalam perjalanan bisa terhibur dengan ole-ole yang didapat dari daerah tersebut.

Rudi Wulur warga Minahasa Utara misalnya, meski diakui harus bertahan dengan kemacetan berjam- jam, namun Ole – Ole Dodol dan Nasi Jaha mampu membuat terkesan dengan tradisi ini.

Max Balirangeng warga asal Sangihe Rabu (18/07) mengatakan, “sangat senang pasiar di pengucapan syukur karena saat berkunjung, Dodol dan Nasi Jaha yang sangat dinikmati saat tamu pulang tuan rumah wajib memberikan Ole – Ole dua jenis kue ini.”

Namun, tradisi Pengucapan Syukur ini telah bertransformasi. Jika dahulu Pengucapan Syukur dilakukan usay panen raya, tapi sekarang Pengucapan Syukur, waktunya ditentukan oleh pemerintah maupun gereja agar kegiatan lainnya tidak saling bertabrakan.

Di sisi yang lain,  berdasarkan estimasi pada saat menggelar hari pengucapan syukur ini, setiap keluarga akan menghabiskan dana rata – rata sebesar 3 – 5 juta rupiah per keluarga. Miliaran rupiahpun tersedot untuk perayaan ini. (Herman)

About Redaksi Pemprov

Check Also

Reses I/2023 Ayub Ali terima Aspirasi Warga terkait Normalisasi Sungai Mahawu

Apr. 26.2023. admin: karel tangka Sulutlink.com — Legislator Provinsi Sulut Ayub Ali, gelar Reses I …