
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menganjurkan agar negara-negara G20 dapat menerapkan sistim perpajakan internasional yang adil dan transparan. Ini akan memperkuat postur dan resiliensi fiskal untuk meningkatkan pendapatan dari pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Hal ini disampaikan di sela-sela berbicara di hadapan kepala negara yang tergabung dalam The Group of Twenty (G20) di Hangzhou (5/9).
“Kondisi ekonomi dunia masih rentan terhadap goncangan. Untuk itu G20 harus berupaya meningkatkan resiliensi melalui sistim keuangan internasional yang lebih adil untuk mendorong target pertumbuhan ekonomi global.” Jelas Presiden RI. Hal tersebut perlu didukung oleh sistim perpajakan internasional yang adil dan transparan. Indonesia akan berkontribusi dengan berkomitmen untuk meningkatkan penerimaan pajaknya sebagai sumber pembiayaan pembangunan, dan instrumen untuk meningkatkan iklim investasi.
Dalam pembahasan isu Tata Kelola Ekonomi dan Keuangan Global yang efektif dan efisien, Presiden menghimbau setiap negara menghindari kompetisi tingkat perpajakan yang rendah (race to the bottom). Untuk itu, Presiden RI mendorong agar G20 dapat segera melaksanakan sistim pertukaran informasi dan mendorong yurisdiksi yang tidak kooperatif agar bergabung inisiatif perpajakan global.
Untuk mendukung adanya perpajakan tersebut, Presiden RI menegaskan agar adanya sinergi dan implementasi tata kelola pemerintahan (good governance), khususnya terkait anti korupsi dan integritas sektor publik. Terkait isu anti korupsi, Indonesia bisa menjadi contoh negara yang aktif dalam memerangi korupsi dengan terus berupaya memperbaiki kondisi ekonomi domestik melalui reformasi perpajakan.
G20 merupakan forum utama kerja sama ekonomi yang terdiri dari 20 negara ekonomi terbesar di dunia. G20 memiliki posisi strategis karena secara kolektif G20 mewakili 85 persen perdagangan global, dan dua per tiga penduduk dunia bermukim di negara-negara ini.
KTT G20 di Hangshou kali ini merupakan KTT G20 ke-tiga yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, setelah sebelumnya menghadiri KTT G20 di Antalya (2015), dan Brisbane (2014).