
Sulutulink.Manado. Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Utara Ir. Reflly Ngantung menyatakan keprihatinannya ternyata fasilitas Laboratorium pengujian Aflatoxin pada biji dan fulli pala andalan export daerah ini tidak tersedia di Sulut.
Selaku Kepala Dinas Perkebunan yang sangat berkaitan erat dengan kwalitas hasil perkebunan khususnya Pala wajar saja menyatakan prihatin atas kenyataan yang ada karena biji maupun fulli pala Sulut telah diakui Dunia Internasional sebagai kwalitas nomor Satu Dunia, namun sebalikya tidak tersedianya fasilitas strategis pengujian Aflatoxin yang menghantui petani pala di daerah ini.
Ngantung mengakui selama ini pengujian dilakukan di P.Jawa sehingga apapun yang terjadi dalam proses pengujian ini sangatlah sulit dalam pengawasan, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadi kekeliruan atau ketidak sengajaan dalam proses pengujian sehingga hasilnya berdampak merugikan petani pala daerah ini.
Bahkan menurutnya lagi, seharusnya hal ini menjadi keprihatinan pemerintah pusat, sebagai bentuk kepedulian terhadap peningkatan kwalitas export salah satu andalan sektor perkebunan yaitu biji dan fuli pala.
Secara terpisah Dra. Renny Tampi Kepala UPTD Balai Pengujian Mutu Barang Disperindak Sulut akui kalau fasilitas pengujian aflatoxin pada biji dan fuli pala belumlah tersedia di BPMB Sulut.
Menurut Tampi, hal ini terkendala pendanaan sangat minim yang dialokasikan pada UPTD BPMB sehingga ada 4 Item barang yang vital untuk pengujian aflatoxin belum tersedia di Laborarorium.
Untuk melengkapi fasilitas Lab. dibutuhkan tambahan dana sekira Rp. 300 juta untuk membeli barang : Kolom, Penggilingan, Aflatest , dan Srandart Aflatoxin, barang-barang tersebut harus dipesan khusus karena tidak ada di SULUT. Jelas Tampi,
Karena fasilitas ini penting di daerah ini sehingga pihaknya telah menyusun perencanaan pengadaan barang yang akan diusulkan pada APBD Perubahan 2017 atau pada APBD 2018 mendatang.(jansen)