
Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku sudah merancang strategi Indonesia jika semenanjung dengan nilai proyek mencapai US$28 miliar itu jadi dibangun.
Luhut meyakinkan bahwa berdasarkan kajian yang telah dilakukan timnya, tidak ada dampak yang berarti bagi Indonesia bila Kanal Kra benar terwujud. Bahkan, Indonesia akan ikut memetik keuntungan dari itu.
“Bagus, karena dia harus singgah lewat Sabang. Jadi, Sabang itu bisa berperan seperti Singapura,” ujar Luhut, dalam Okezone, November 2016.
Akan tetapi, pemerintah akan menanggung beban pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk membangun infrastruktur penunjang di pulau paling ujung barat Indonesia itu.
“Sementara secara teori begitu. Tapi kita belum tahu, masih kaji pre-elementary ya,” sambung Luhut.
Patut juga diketahui, bahwa tak hanya Indonesia bagian barat saja yang bisa meraup keuntungan dari adanya Kanal Kra ini.
Seorang akademisi Universitas Hamburg, Jerman, Ferizal Ramli, mengatakan dalam jurnalnya, dengan melemahnya kekuatan Singapura akibat munculnya Kanal Kra, bisa menjadi celah bagi Jakarta untuk menyaingi Singapura sebagai pusat keuangan.
Untuk diketahui, dampak pembangunan Kanal Kra di Thailand kembali menjadi pembicaraan yang ramai di Tanah Air. Pembicaraan menghangat setelah muncul kabar pembangunan kanal di Tanah Genting Kra atau Kra Isthmus yang sudah dirancang sejak abad ke-17, jadi dilakukan Thailand dengan bantuan dana dari Tiongkok.
Hal itu dikuatkan oleh kabar adanya nota kesepahaman antara China-Thailand Kra Infrastructure Investment and Development dan Asia Union Group pada 19 Mei 2015. Meski, satu hari setelahnya kedua negara kompak membantah adanya perjanjian itu.
Kanal baru ini akan mempermudah kapal dari Laut Cina Selatan menuju Samudera Hindia tanpa melewati Selat Malaka, dan juga sebaliknya. Jalur ini juga akan menghemat waktu perjalanan hingga 72 jam.
Artinya, dengan melewati kanal baru ini, kapal-kapal dagang tak perlu lagi melewati Singapura, negara yang selama ini menjadi poros perdagangan di Asia Tenggara karena pelabuhannya tersebut.
Tentunya hal ini akan menjadi pukulan bagi Singapura. Berdasarkan world factbook CIA, ekonomi Singapura bergantung pada jasa dan industri, dengan porsi masing-masing terhadap PDB adalah 76,2 persen dan 23,8 persen.
Di sisi lain, Tiongkok akan diuntungkan, karena ongkos angkut untuk barang ekspor dan impor dari negaranya akan menjadi lebih rendah. (bsb)