Penemuan ular Kobra sepaanjang 2,10 meer di desa Pongolombian, Kecamatan Tomohon Selatan, kota Tomohon patut diwaspadai warga Minahasa Raya, pasalnya ular kobra yang populer di India dan Pakistan, bukan baru pertama kali ditemukan warga. Bulan September 2014 yang lalu Ruddy Koolang, warga Panasen, kecamatan Kakas Barat, Minahasa menemukan seekor kobra dengan panjang sekitar 2 meter di kebunnya. Begitu pula dengan Arie Najoan dari Kolongan Atas kecamatan Sonder, Minahasa mengaku beberapa tahun lalu pernah menemukan ular kobra di pinggiran sawah dekat kebun Nuai di wilayah Tounelet Sonder.
Bilamana digigit ular maka kita harus mengetahui cara penanganannya. Berikut ini tip-tips penting cara penanganan gigitan ular seperti yang diutarakan oleh yayasan Sioux Ular Indonesia, yang direlease oleh detik.com
Jika tergigit ular biasanya rasa panik akan memenuhi kepala karena khawatir ada bisa beracun dari gigitan reptil itu. “Yang penting korbannya ditenangkan dulu. Ketika korbannya itu panik, detak jantung semakin cepat. Aliran darah juga jadi akan makin cepat, itu nanti mempercepat penyebaran bisa ke seluruh tubuh,” ujar instruktur Sioux bernama Tyo di shelter Sioux, Jl Pintara Raya, Depok, Jabar,
Setelah korban ditenangkan, pihak yang membantu penanganan harus mengidentifikasi jenis ular yang menggigit. Untuk mengetahui ular itu berbisa atau tidak bisa dilihat dari bekas gigitan. Jikar bentuk gigitan seperti tapal kuda atau dengan titik-titik luka yang banyak, itu artinya ular tidak berbisa.
“Kalau berbisa bekas gigitannya cuma 2 karena ular yang berbisa itu taringnya hanya 2 dan di atas. Nggak boleh diminumin alkohol, kopi dan sejenisnya karena akan mempercepat detak jantung. Kalau sudah sampai organ dalam maka akan susah ditangani untuk jenis yang berbisa tinggi,” jelas Tyo.
Setelah itu, korban bisa dipakaikan perban di tangan atau bagian tubuh yang terkena gigitan. Fungsinya, dikatakan Tyo, untuk menghambat laju bisa. Jika digigit oleh ular berbisa, semakin cepat penanganannya semakin bagus. Bisa sedapat mungkin harus segera dikeluarkan.
“Pakai pisau bedah atau pisau apapun bisa asal steril dan tajam agar tidak menyiksa. Disayat atau buat luka baru untuk mengeluarkan darah yang sudah terkontaminasi dengan bisa. Darah yang mengandung bisa warnanya gelap atau merah tua. Keluarkan terus sampai darah yang keluar sudah cerah kembali. Itu artinya bisa sudah keluar,” kata Tyo.
“Kami tidak menyarankan diisap dengan mulut karena beberapa bisa ular seperti dalam kobra sifatnya nggak cuma Neurotoxin tapi juga Haemotoxin yang menyerang darah. Jika di dalam mulut ada luka misalnya gusi luka bisa lebih parah. Sama saja kita memindahkan bisa itu tadi. Justru lebih cepat nyerangnya karena mulut kan dekat otak,” tambah host salah satu program TV survival itu.
Untuk mengeluarkan darah yang sudah terkontaminasi dengan bisa dapat menggunakan alat ekstraktor. Bisa juga dengan cara ditekan-tekan dan darah didorong hingga keluar dari bagian luka. Menggunankan air panas untuk mengeluarkan darah juga dapat dilakukan untuk mengurangi penggumpalan darah pada bekas gigitan ular. Fungsi membuat sayatan luka baru adalah untuk ini.
“Setelah itu bisa dibawa ke RS untuk penanganan lebih lanjut. Saya sendiri sudah 2 kali keluarin bisa sendiri seperti itu waktu digigit kobra dan begitu ke dokter diperiksa ternyata sudah bersih dari bisa,” ungkap pria asli Magetan itu.
Tyo pun mengingatkan kepada korban untuk tidak kaget jika bagian badan yang tergigit ular berbisa akan bengkak. Reaksi itu disebut normal.
“Kalau digigit yang berbisa efeknya ke seluruh badan. Panas dingin, bengkak di area yang digigit. Makanya perlu ke dokter. Jangan lupa juga, kalau tangan digigit ular nggak berbisa sebaiknya diangkat ke atas untuk menghindari pendarahan. Kalau yang berbisa justru harus diturunkan ke bawah agar bisanya tidak menyebar cepat ke jantung,” Tyo menguraikan.